Sambal Kriuk Sambal Milenial

by - Maret 17, 2019

Ini dia Sambal Kriuk!
Saat masih kuliah dan tinggal di kos, yang jauh dari orang tua dan keluarga, urusan makan menjadi sangat merepotkan. Kalau di rumah, semua sudah tersedia di meja makan, dan masakan emak selalu terasa nikmat walaupun sederhana. Itu karena emak selalu memasak dengan cinta. Rempah-rempah yang diraciknya berkolaborasi membentuk rasa yang unik dan berbeda. Energi positif melalui cinta mengalir ke dalam bumbu dan membuat rasanya lebih mengesankan. Beberapa chef setuju bahwa mood saat memasak akan mempengaruhi rasa yang dihasilkan. Chef Eddrian Tjhia mengungkapkan bahwa rahasia kelezatan masakannya adalah karena cinta dan musik. Meskipun emak tak pernah memasak sambil mendengarkan musik, tapi saya percaya emak memasak dengan cinta. Ah jadi kangen masakan emak!

Ketika memutuskan kuliah di luar kota, hal pertama yang mengganggu adalah tidak bisa lagi menikmati masakan emak setiap hari. Membayangkan akan makan di warung atau masak sendiri mie instant. Tapi dengan tenang emak menguatkan, “Jangan khawatir, setiap kamu pulang nanti emak akan buatkan kamu sambal goreng yang tahan lama, bisa kamu jadikan lauk setiap hari.” Wah sambal goreng kesukaanku! Sambal goreng racikan emak adalah menu favorit semua anggota keluarga. Racikannya sangat sederhana, terdiri atas cabe, bawang putih, bawang merah, tomat, gula jawa, dan campuran ikan asin yang kemudian ditumbuk kasar dan digoreng sampai kering. Tampilan akhirnya ‘nyemek-nyemek’ (kering sedikit basah) dan berminyak. Minyak adalah pengawet alami, sambal goreng ini bisa bertahan beberapa minggu. Sebenarnya sambal goreng adalah sambal yang dicampur dengan lauk ikan asin, ayam, atau tempe. Di Malang, sambal rumahan ini adalah ‘common food’. Dan asyiknya lagi, cukup dimakan dengan nasi putih hangat saja sudah sangat nikmat dan memuaskan!

Baca Juga: Resep Sambal Goreng Ikan Peda Maknyuus!

Bertahun-tahun sejak kepergian emak, sambal goreng seakan lenyap dari menu harian. Sampai pada suatu hari, saya makan di rumah kakak perempuan saya yang pertama. Dan saya kaget, di mejanya tersedia sambal goreng yang tampilannya mengingatkan saya pada emak. Seketika saya comot, dan rasanya….hmmm…wow mirip banget dengan racikan emak! Saya langsung mengintrogasi kakak saya dan meminta resepnya. Walaupun resep sambal goreng banyak bertebaran di internet namun di lidah saya belum bisa menemukan racikan seperti emak. Dan ternyata kakak saya bisa. Ini pasti memasaknya pas lagi tidak berantem dengan suaminya, pas lagi full of love!

Inilah sedikit penggalan cerita yang membuat saya tergerak untuk memasak kembali sambal goreng racikan emak yang melegenda dalam lidah saya. Resep dari kakak saya, yang ternyata diajarkan oleh emak, tidak serta merta membuat sambal goreng yang saya buat sama rasanya dengan racikan emak. Butuh trial and error puluhan kali sampai benar-benar bisa dikatakan mirip. Cuma mirip ya, tidak sama persis. Karena saya percaya bahwa setiap tangan yang meracik suatu hidangan akan menghasilkan rasa yang berbeda walaupun bumbu dan tekniknya sama. Ketika saya sudah berhasil membuatnya pada tingkatan mirip, saya mulai ‘percaya diri’ untuk berbagi rasa dengan teman-teman. Memasak apapun, saya memang sering berbagi rasa dengan teman. Motivasinya cuma satu, apakah mereka juga merasakan sensasi yang sama dengan saya. Kalaupun teman-teman tidak suka, saya pun harus siap menerima karena rasa itu sifatnya relatif. Menurut saya enak belum tentu orang lain juga merasakan demikian.
sambal kriuk dengan soto
Soto dan Sambal Kriuk, paduan yang paripurna.
Tiba saatnya untuk mendengar masukan, kritikan, atau hanya sekedar komentar dari teman tentang rasa sambal gorengnya. Muncul respons bermacam-macam, ada yang bilang enak tapi dengan wajah datar-datar saja, seperti mau bilang tidak enak tapi tidak tega, ada yang bilang biasa saja kayak sambal pada umumnya, dan ada juga yang bilang “Wow, ini enak pakai banget sambalnya, minta lagi dong!” dengan raut muka kaget dan berseri. Ada lagi yang langsung ngomong, “Eh aku bikinin dong beberapa botol, aku beli deh!” Saya cukup senang karena yang bilang ‘suka banget’ jumlahnya lebih banyak. Ada satu komentar yang membuat saya justru berpikir lebih kreatif, “Sambalnya bisa tahan lebih dari satu bulan gak? Mau tak bawa jalan-jalan jauh nih.”
sambal kriuk dan nasi putih hnagat
Menu klasik, nasi putih hangat dan Sambal Kriuk
Berawal dari ‘permasalahan’ yang disampaikan oleh teman, saya jadi berpikir untuk menemukan solusinya. Sambal goreng yang bisa tahan lebih dari satu bulan? Tentu saja yang tanpa pengawet. Yaa, ini adalah bagian dari kreativitas yang sangat sederhana, yang mungkin saja sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas itu harus bebas. Saya harus lepas dari belenggu bahwa sambal goreng itu harus ‘nyemek-nyemek’. Akhirnya munculah gagasan untuk membuat sambal goreng yang benar-benar kering agar lebih awet. Bahan-bahannya seperti sambal goreng pada umumnya namun digoreng sampai kering. Dan dari teknik ini, tekstur sambalnya berubah menjadi kriuk-kriuk tanpa meninggalkan rasa orisinal dari sambal goreng. Itulah Sambal Kriuk! Rasanya lebih unik dan banyak digemari milenial untuk dijadikan lauk pendamping nasi putih, taburan pada soto, mie goreng, bakso, dan kuliner lainnya. Selamat datang Sambal Kriuk sebagai bagian dari Sambal Nusantara!

You May Also Like

0 komentar